Header Ads

Artikel Terbaru :
Loading...

Ulama Pewaris Para Nabi


بــــــسم الله الــــــرحمن الــــــــــرحيم

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ 

Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.(Q.s. As-Sajdah 32: 24).

Dalam sebuah riwayat Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda,

الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

"Ulama adalah pewaris nya para nabi-nabi"  (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

A. Pengertian Ulama

Ulama berasal dari kata علم yang berarti ilmu atau pengetahuan. Secara syari Ulama bermakna orang yang memiliki ilmu keislaman yang sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad shallallahu alayhi wa sallam yakni Quran dan Sunnah. Sudah dimaklumi bahwa kata ulama jika disebut dalam Al Qur’an dan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka yang dimaksud adalah ulama yang mengenal Allah dan syari’at-Nya.

Yang dimaksud dengan kesesuaian dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah adalah bahwa apa yang disampaikan oleh oleh ulama adalah apa yang diajarkan oleh Nabi karena ulama adalah pewaris para nabi.

Ibnu Jarir ath-Thabari mengungkapkan dalam kitab tafsirnya, Jami’ul Bayan bahwa yang dimaksud dengan ulama adalah seorang yang Allah jadikan sebagai pemimpin atas umat manusia dalam perkara fiqih, ilmu, agama, dan dunia.

Sementara itu, Ibnul Qayyim dalam I’lamul Muwaqqi’in-nya membatasi bahwa ulama adalah orang yang pakar dalam hukum Islam, yang berhak berfatwa di tengah-tengah manusia, yang menyibukkan diri dengan mempelajari hukum-hukum Islam kemudian menyimpulkannya, dan yang merumuskan kaidah-kaidah halal dan haram.

B. Ulama Penerus Para Nabi

Salah satu tugas nabi adalah menyampaikan syariat yang disampaikan oleh nabi sebelumnya tanpa membawa syariat baru. Begitu pula ulama, tugas ulama adalah mengajarkan dan mengingatkan ummat ini kepada syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, tanpa menambahkan atau menguranginya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan ulama sebagai pewaris perbendaharaan ilmu agama. Sehingga, ilmu syariat terus terpelihara kemurniannya sebagaimana awalnya.

C. Kedudukan Para Ulama

Beberapa dalil baik dalam Quran maupun Hadits menjelaskan kedudukan para ulama dalam Islam. Allah subhanahu wa ta'ala meninggikan derajat orang-orang yang berilmu (ulama). Hal ini sebagaimana firman Allah,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ 

Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat, dan Dialah yang Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Mujadilah : 11)

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa ulama adalah seorang yang menekuni dan mendalami agama kemudian mendakwahkannya kepada umat. Allah Azza wajalla menegaskan,

 وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ 

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tiap-tiap golongan tidak mengutus beberapa orang untuk memperdalam agama lalu memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali; supaya mereka itu dapat menjaga diri.(QS. At-Taubah [9]: 122).

Keutamaan lain adalah bahwa ulama adalah tempat ummat ini bertanya perihal agama, karena ulama lah yang lebih mengetahui dan memiliki ilmu agama. Dan agar ummat ini tidak jatuh dalam kebodohan dan bertanya pada orang yang miskin ilmu agamanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 

maka bertanyalah kalian kepada orang yang memiliki pengetahuan jika kalian mengetahui.(QS.An-Nahl: 43).

D. Wafatnya Para Ulama

Ilmu agama ini akan dicabut dengan diwafatkannya para ulama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا 

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)


Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata,

 عليكم بالعلم قبل أن يُقبض وقبضه بذهاب أهله ، عليكم بالعلم فإن أحدكم لا يدري متى يُفتقر إلى ما عنده ، وستجدون أقواما يزعمون أنهم يدعون إلى كتاب الله وقد نبذوه وراء ظهورهم ، وإياكم والتبدُّع والتنطع والتعمق وعليكم بالعتيق 

kalian wajib memiliki ilmu sebelum yang memilikinya dicabut dari dunia (mati). Kalian wajib memiliki ilmu, karena kalian tidak tahu kapan mereka akan pergi dari sisi kita, lalu kalian akan menemukan sekelompok manusia yang beranggapan bahwa mereka mengajak manusia untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an, padahal mereka meninggalkannya di belakang punggung-punggung mereka. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap perbuatan bid’ah, berpura-pura fasih, dan berpura-pura mendalami agama ini. Namun wajib bagi kalian untuk berakhlak mulia”.

Semoga kita menjadi orang-orang yang dekat dengan ulama yang benar-benar menyampaikan ilmu agama yang sesuai dengan risalah yang dibawa oleh kekasih kita Rasulullah Shollallahu 'Alayhi wa Sallam

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.