Header Ads

Artikel Terbaru :
Loading...

Meneladani Rasulullah Sebagai Grand Master Ruqyah

Ruqyah menurut bahasa adalah bacaan, mantra atau jampi-jampi. Adapun ruqyah menurut istilah syari’at Islam, adalah “Bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah yang shahih, untuk memohon kesembuhan kepada Allah dari gangguan yang ada, atau memohon kepada-Nya perlindungan dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan.”

Ruqyah dalam pengertian bahasa sudah ada sejak zaman dahulu, sebelum diutusnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, bahkan ada yang mengatakan bahwa keberadaan ruqyah itu seiring dengan keberadaan manusia di bumi ini. Dalam suatu hadits dijelaskan bahwa Rasulullah meruqyah kedua cucunya (Hasan dan Husein radhiyallahu ‘anhuma) dengan ruqyah yang pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam saat beliau meruqyah kedua anaknya (Isma’il dan Ishaq ‘alaihimas salam).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ-رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- قاَلَ: كَانَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ، وَيَقُوْلُ: إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيْلَ وَإِسْحَاقَ: أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَّهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَّمَّةٍ. – رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah pernah membacakan isti’adzah (perlindungan) untuk kedua cucunya Hasan dan Husein, seraya bersabda, “Sesungguhnya bapak kalian (Nabi Ibrahim) telah membacakannya (juga) untuk kedua anaknya Isma’il dan Ishaq, yaitu ‘Aku mohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap (kejahatan) syetan dan binatang berbisa serta mata yang jahat (membahayakan).” (HR. Bukhari).

Perlu diketahui bahwa praktik riqyah itu ada dua macam, dari zaman dahulu sampai zaman sekarang. Yaitu ruqyah syirkiyah dan ruqyah syar’iyah. Ruqyah syirkiyah adalah ruqyah yang diharamkan, yaitu praktik ruqyah yang dilakukan seseorang dengan membaca bacaan yang mengandung syirik, atau mantra kesyirikan. Baik itu yang murni bacaan syirik, atau bacaan syirik yang dicampur aduk/dikombinasi dengan ayat al-Qur’an atau hadits Nabi. Sedangkan ruqyah syar’iyah adalah praktik ruqyah yang dilakukan seseorang dengan membaca bacaan yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an atau hadits-hadits Rasulullah. Inti dari praktik riqyah ada pada bacaan serta mekanisme pelaksanaan yang sesuai dengan petunjuk Rasulullah.

Rasulullah Menfilter Bacaan Ruqyah.

Karena inti dari praktik ruqyah adalah jenis bacaan yang dibaca oleh si peruqyah, maka Rasulullah sangat perhatian dengan hal ini. Beliau menyeleksi bacaan ruqyah yang dimiliki oleh pra shahabat yang di masa Jahiliyyah sering melakukan praktik ruqyah, agar bacaan ruqyah mereka tidak tercampur dengan bacaan ruqyah yang mengandung syirik yang telah berkembang di masa Jahiliyyah.

عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ اْلأَشْجَعِيِّ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- قَالَ: كُنَّا نَرْقِيْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ تَرَى فِيْ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ، لاَ بَأْسَ بِالرُّقَى مَالَمْ يَكُنْ فِيْهِ شِرْكٌ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Auf bin Malik al-Asyja’iy berkata, “Kami pada zaman jahiliyyah melakukan ruqyah, lalu kami berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang ruqyah?’ Beliau bersabda, ‘Tunjukkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, ruqyah-ruqyah itu tidak apa-apa selama di dalamnya tidak bermuatan syirik”. (HR. Muslim).

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- قَالَ: كَانَ خَالِيْ مِنَ اْلأَنْصَارِ يَرْقِيْ مِنَ الْحَيَّةِ، فَنَهَى رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَنِ الرُّقَى. فَأَتَاهُ خَالِيْ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، إِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى، وَإِنِّيْ أَرْقِيْ مِنَ الْحَيَّةِ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: أَعْرِضْهَا عَلَيَّ. قَالَ: فَعَرَضَهَا عَلَيْهِ. قَالَ: لاَ بَأْسَ بِهَذِهِ، هَذِهِ مِنَ الْمَوَاثِيْقِ. رَوَاهُ أَبُوْ يَعْلَى)

Jabir bin Abdullah berkata, “Pamanku dari kaum Anshar suka meruqyah dari gigitan ular. Saat Rasulullah melarang ruqyah, maka pamanku mendatanginya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, engkau telah melarang ruqyah padahal saya suka meruqyah dari gigitan ular. Rasulullah berkata, ‘Tunjukkanlah ruqyahmu kepadaku.’ Abu Hurairah berkata, ‘Maka pamanku pun menunjukkannya kepadanya.’ Rasulullah bersabda, ‘Ini tidak apa-apa, ini termasuk yang dibolehkan’.” (HR. Abu Ya’la).

Rasulullah juga Meruqyah

Ruqyah syar’iyah dalam syari’at Islam. tidak hanya teori. Rasulullah tidak hanya mengajarkan cara meruqyah yang benar kepada para shahabatnya, tapi beliau juga mempraktikkannya sendiri. Beliau sering meruqyah orang yang datang kepadanya dan mengeluhkan akan adanya suatu penyakit. Beliau dikenal sebagai praktisi ruqyah.

فَقَالَ: ابْنُ أَبِي اْلعَاصِ؟ قُلْتُ: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: مَا جَاءَ بِكَ؟ قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَرَضَ لِيْ شَيْئٌ فِيْ صَلاَتِيْ، حَتَّى مَا أَدْرِيْ مَا أُصَلِّيْ. قَالَ: ذَاكَ الشَّيْطَانُ, اُدْنُهُ. فَدَنَوْتُ مِنْهُ، فَجَلَسْتُ عَلَى صُدُوْرِ قَدَمَيَّ. قَالَ: فَضَرَبَ صَدْرِيْ بِيَدِهِ فَتَفَلَ فِيْ فَمِيْ، وَقَالَ: اُخْرُجْ عَدُوَّ اللهِ! فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ. رواه ابن ماجة

Beliau bersabda, “Ibnu Abil ‘Ash?’ Aku menyahut, ‘Ya, wahai Rasulullah!’ Beliau bertanya, ‘Apa yang membuatmu datang ke mari?’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah aku mengalami suatu gangguan dalam shalatku, sehingga aku tidak tahu bacaan shalatku’. Rasulullah bersabda, ‘Itulah syetan, mendekatlah ke mari’. Maka aku pun mendekat kepadanya, dan aku duduk di atas kedua telapak kakiku. Beliau memukul dadaku dengan tangannya, dan meludahi mulutku seraya berkata, ‘Keluar! hai musuh Allah!’ Beliau mengulanginya tiga kali. (HR. Ibnu Majah, no. 3538).

Karena perubahan fisik yang dialami oleh Utsman bin Abil ‘Ash akibat gangguan syetan yang dirasa sering mengganggu shalatnya, sampai-sampai rasulullah pangling, hampir saja tidak mengenal shahabatnya sendiri. Padahal dia adalah utusan khusus (juru dakwah) yang beliau utus ke daerah Thaif. Dan ketika dia mengalami gangguan syetan dalam tugasnya, dia kembali ke Madinah mengadu ke Rasulullah, lalu beliau sendiri yang meruqyahnya.

Rasulullah Meruqyah Dirinya Sendiri

Rasulullah tidak hanya melakukan praktik ruqyah syar’iyah kepada orang lain, tapi beliau juga meruqyah dirinya sendiri. Apabila beliau merasa dirinya sakit, beliau menerapi dirinya dengan terapi ruqyah syar’iyah.

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِي اللَّه عَنْهَا- أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ، وَيَنْفُثُ. فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ، كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ، رَجَاءَ بَرَكَتِهَا. رواه البخاري

Aisyah berkata, “Apabila Rasulullah merasa sakit, beliau membaca al-Mu’awwidzat (surat-surat perlindungan) lalu meniupkannya pada dirinya. Ketika sakit beliau makin gawat, maka akulah yang membaca untuknya, lalu kuusap beliau dengan tangannya sendiri untuk mengharap berkahnya.” (HR. Bukhari, no. 4629).

عَنْ عَلِيٍّ –رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- قَالَ: لَدَغَتْ النَّبِيَّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَقْرَبٌ وَهُوَ يُصَلِّيْ, فَلَمَّا فَرِغَ قَالَ: لَعَنَ الله عَلَى اْلعَقْرَبِ لاَ تَدَعُ مُصَلِّياً وَلاَ غَيْرَهُ, ثُمَّ دَعَا بِمَاءٍ وَمِلْحٍ فَجَعَلَ يَمْسَحُ عَلَيْهَا وَيَقْرَأُ: قُلْ ياَ أَيُّهَا اْلكَافِرُوْنَ, وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ اْلفَلَقِ، وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاِس. رَوَاهُ الطَّبْرَانِيُّ وَصَحَّحَهُ اْلأَلْبَانِيُّ

‘Ali bin Abi Thalib berkata: “Seekor kalajengking telah menyengat Rasulullah di saat beliau shalat. Ketika selesai shalat, beliau berkata, “Semoga Allah melaknat kalajengking, yang tidak membiarkan orang yang lagi shalat atau lainnya.” Lalu beliau mengambil air yang dicampur dengan garam. Kemudian diusapkan ke bagian yang sakit sambil membaca surat al-Kafirun, surat al-Falaq dan surat an-Nas.” (HR. Ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani hadits no. 548).

Rasulullah Meruqyah Keluarganya

Ruqyah telah menjadi bagian penting dalam kehidupan Rasulullah. Dan beliaupun aktif mengenalkan terapi ruqyah ini ke keluarganya, sehingga Rasulullah dan keluarganya sangat familier dengan terapi ruqyah syar’iyah. Jika ada keluarga beliau yang sakit, beliau sendiri yang meruqyahnya dengan harapan Allah segera memberikan kesembuhan pada si sakit.

Aisyah radhiyallohu ’anha berkata: Apabila ada seseorang yang sakit dari keluarga Rasulullah, beliau meniupnya dengan membaca surat-surat perlindungan. Dan ketika beliau yang sakit pada tahun kematiannya, akulah yang membacanya lalu aku tiupkan ke tangnnya, kemudian kuusapkan tangan itu ke tubuhnya, karena tangan beliau lebih banyak berkahnya daripada tanganku. (HR. Bukhari dan Muslim).

Malaikat Jibril Meruqyah Rasulullah

Tidak hanya Rasulullah yang pro aktif mensosialisasikan praktik ruqyah syar’iyah, malaikat Jibril juga melakukan hal yang sama. Jika Rasulullah merasa sakit, terkadang dia datang dan meruqyah Rasulullah secara langsung. Ini merupakan pertanda bahwa terapi Ruqyah adalah perintah langsung dari Allah kepada para hamba-Nya untuk dijadikan sebagai solusi permasalahan hidup yang ada, karena tidaklah Malikat Jibril turun dan menemui Rasulullah kecuali atas perintah dari Allah.

Abu Sa’id al-Khudri radhiyallohu ’anhu berkata: Sesungguhnya Malaikat Jibril telah berkata: Wahai Muhammad, kamu merasa sakit? Beliau menjawab: Ya. Malaikat Jibril membaca: Dengan nama Allah aku meruqyahmu, dari segala sesuatu yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki. Allah yang menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu. (HR. Muslim).

Rasulullah Meruqyah Shahabatnya

Terapi ruqyah syar’iyah yang diajarkan Rasulullah tidak hanya berlaku pada diri dan keluarga beliau saja, tapi juga berlaku kepada para shahabatnya. Terkadang beliau sendiri yang melakukan terapi ruqyah kepada shahabatnya yang memerlukan, tapi terkadang beliau memerintahkan shahabat lain untuk meruqyah temannya, bahkan terkadang beliau perintahkan shahabat yang sakit itu untuk melakukan terapi ruqyah secara mandiri. Beliau hanya mengajarkan cara atau teknik dan bacannya saja.

Abu Hurairah berkata, Rasulullah pernah datang menjengukku (saat sakit). Beliau bersabda: 'Maukah kamu aku ruqyah dengan ruqyah yang telah diajarkan malaikat Jibril kepadaku?' Aku menjawab: Demi ayah dan ibuku, aku mau wahai Rasulullah. Lalu beliau membaca: 'Dengan nama Allah aku meruqyahmu, Allah-lah yang menyembuhkanmu dari segala macam penyakit yang ada padamu, dari kejahatan tukang kejahatan tukang sihir yang meniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki apabila ia telah dengki.'." (3x). (HR. Ibnu Majah).

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ –رضي الله عنه- أَنَّهُ قَالَ: أَتَانِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَبِيْ وَجَعٌ قَدْ كَانَ يُهْلِكُنِيْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: امْسَحْ بِيَمِيْنِكَ سَبْعَ مَرَّاتٍ، وَقُلْ: أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ وَسُلْطَانِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ. قَالَ: فَفَعَلْتُ، فَأَذْهَبَ اللَّهُ مَا كَانَ بِيْ، فَلَمْ أَزَلْ آمُرُ بِهِ أَهْلِيْ وَغَيْرَهُمْ. رواه أحمد وأبو داود والترمذي

Utsman bin Abil ‘Ash berkata, “Rasulullah pernah datang kepadaku, dan waktu itu saya lagi sakit yang sangat parah. Maka Rasulullah bersabda, ‘Usaplah (badanmu yang terasa sakit) dengan tangan kananmu sebanyak tujuh kali, seraya membaca, ‘Aku berlindung kepada Kemuliaan Allah dan Kekuasaan serta Kerajaan-Nya dari kejahatan yang aku temui.’ Lalu aku melakukan resep itu, dan Allah menghilangkan sakit yang ada pada diriku. Dan sejak itu aku selalu memerintahkan keluargaku untuk melakukannya juga begitu juga orang-orang lainnya.” (HR. Ahmad, no. 15677. Abu Daud, no. 3393. Tirmidzi, no. 2006 dan ia menyatakannya sebagai hadits hasan shahih).

Shahabat Meruqyah Temannya

Karena terapi ruqyah syar’iyah telah menjadi warisan Rasulullah kepada ummatnya, maka para shahabat selalu menjaga warisan tersebut. Yaitu dengan menjadikan terapi ruqyah sebagai solusi berobat di saat mereka memerlukan, dan mereka juga mengajarkan terapi ruqyah syar’iyah kepada teman, keluarga dan mereka yang memerlukan. Sehingga hadits-hadits tentang praktik ruqyah Rasulullah terpelihara dengan baik, yang akhirnya bisa sampai kepada kita yang notabene jarak masanya sangat jauh dengan masa beliau. Sehearusnya kita juga melakukan apa yang mereka lakukan agar terapi ruqyah syar’iyah ini tidak punah.

عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ: دَخَلْتُ أَنَا وَثَابِتٌ عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، فَقَالَ ثَابِتٌ: يَا أَبَا حَمْزَة،َ اشْتَكَيْتُ؟ فَقَالَ أَنَسٌ: أَلاَ أَرْقِيكَ بِرُقْيَةِ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-؟ قَالَ: بَلَى. قَالَ: اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِيْ لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا. رواه البخاري

Abdul Aziz berkata, “Saya dan Tsabit pernah masuk ke rumah Anas bin Malik (salah seorang shahabat Rasulullah). Tsabit berkata, ‘Wahai Abu Hamzah (Anas), saya merasa sakit.’ Anas berkata, ‘Maukah kamu aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah?’ Tsabit berkata, ‘Ya, saya mau’. Anas membaca, ‘Ya Allah, Tuhan manusia, Penghilang (rasa) sakit. Sembuhkanlah (sakitnya), Engkau Maha Penyembuh, tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.” (HR. Bukhari).

Rasulullah Perintah Kita untuk Meruqyah

Tahukah Anda, bahwa kita diperintahkan rasulullah untuk belajar tentang ruqyah? Dan kalau kita sudah bisa, kita disuruh untuk membantu saudara-saudara kita yang kena gangguan dan memerlukan terapi ruqyah, dan kita juga diperintahkan Rasulullah untuk mengajarkan ruqyah yang syar’iyah kepada kaum muslimin lainnya. Begitu pentingnya ruqyah syar’iyah dalam kehidupan kita, sehingga Rasulullah memberikan intruksi secara langsung untuk mempelajari, mengamalkan, mempraktikkan dan mengajarkannya, sebagaimana yang terkandung dalam riwayat berikut.

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا-، أَنَّ النَّبِيَّ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- رَأَى فِيْ بَيْتِهَا جَارِيَةً فِيْ وَجْهِهَا سَفْعَةٌ. فَقَالَ: اسْتَرْقُوْا لَهَا فَإِنَّ بِهَا النَّظْرَةَ. رواه البخاري ومسلم

Dari Ummu Salamah, ia berkata, “Rasulullah pernah melihat seorang anak perempuan yang kulit wajahnya berubah menjadi kehitaman. Maka Rasulullah bersabda, ‘Carilah terapi ruqyah untuknya, karena ia terkena penyakit akibat pandangan mata (jahat).” (HR. Bukhari, no. 5298 dan Muslim, no. 4074).

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ –رضي الله عنه- أَنَّهُ قَالَ: أَتَانِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَبِيْ وَجَعٌ قَدْ كَانَ يُهْلِكُنِيْ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: امْسَحْ بِيَمِيْنِكَ سَبْعَ مَرَّاتٍ، وَقُلْ: أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ وَسُلْطَانِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ. قَالَ: فَفَعَلْتُ، فَأَذْهَبَ اللَّهُ مَا كَانَ بِيْ، فَلَمْ أَزَلْ آمُرُ بِهِ أَهْلِيْ وَغَيْرَهُمْ. رواه أحمد وأبو داود والترمذي

Utsman bin Abil ‘Ash berkata, “Rasulullah pernah datang kepadaku, dan waktu itu saya lagi sakit yang sangat parah. Maka Rasulullah bersabda, ‘Usaplah (badanmu yang terasa sakit) dengan tangan kananmu sebanyak tujuh kali, seraya membaca, ‘Aku berlindung kepada Kemuliaan Allah dan Kekuasaan serta Kerajaan-Nya dari kejahatan yang aku temui.’ Lalu aku melakukan resep itu, dan Allah menghilangkan sakit yang ada pada diriku. Dan sejak itu aku selalu memerintahkan keluargaku untuk melakukannya juga begitu juga orang-orang lainnya.” (HR. Ahmad, no. 15677. Abu Daud, no. 3393. Tirmidzi, no. 2006 dan ia menyatakannya sebagai hadits hasan shahih).

عَنْ جَابِرٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- قَالَ: كَانَ خَالِيْ يَرْقِيْ مِنَ اْلعَقْرَبِ، فَلَمَّا نَهَى رَسُوْلُ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- عَنِ الرُّقَى، أًَتاَهُ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّكَ نَهَيْتَ عَنِ الرُّقَى، وَإِنِّيْ أَرْقِيْ مِنَ اْلعَقْرَبِ؟ فَقَالَ: مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ، فَلْيَفْعَلْ. رَوَاهُ أَحْمَدُ

Jabir bin Abdullah berkata, “Paman saya adalah orang yang suka melakukan ruqyah (untuk orang) yang tersengat kalajengking. Ketika Rasulullah melarang ruqyah, ia mendatanginya seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, engkau telah melarang ruqyah, sedangkan saya suka meruqyah dari (sengatan) kalajengking.’ Lalu Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang bisa memberi manfaat saudaranya, hendaklah ia melakukannya’. (HR. Ahmad).

Penutup

Kalau kita perhatikan dalil atau riwayat di atas secara seksama, maka kita tak akan ragu lagi pada satu kesimpulan bahwa terapi ruqyah syar’iyah adalah terapi pengobatan ala Nabi (Thibbin Nabawi), yang berarti menjadi bagian penting yang tak boleh dipisahkan dari ajaran Islam. Kita berkewajiban untuk melestarikannya dan juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari di saat kita memerlukan, dan juga mengajarkannya kepada masyarakat luas agar tidak punah atau hilang ditelan zaman. Sebagaimana yang telah dilakukan para shahabat Rasulullah.

Dalam rangka momentum peringatan Maulid Nabi yang setiap tahunnya diperingati oleh sebagaian besar masyarakat Indonesia dengan menggelar berbagai seremonial rutin, alangkah bijaknya kalau peringatan itu tak sebatas seremonial. Selesai acara selesai pula kita mengingat pribadi Rasulullah dan sunnah-sunnahnya.

Mulai sekarang, kaum muslim yang belum kenal ruqyah syar’iyah, mari kita mempelajarinya karena itu bagian dari kewajiban kita untuk menuntut ilmu. Bagi yang baru mengenal sekilas, mari kita perdalam atau kita kuasai materi ruqyah syar’iyah sebagai wujud konkrit untuk mewarisi peninggalan Rasulullah. Edan bagi yang sudah menguasai, mari kita praktikkan dalamkehidupan sehari-hari. Kita bantu saudara-saudara kita yang memerlukan agar mereka tidak lagi datang ke dukun, dan supaya mereka bisa keluar dari perangkap syetan.

Wallahu A'lam bish Showab

Referensi:
Ust. Hasan Bishri, Lc.,Makna Peringatan Maulid Nabi (Meneladani Rasulullah Sebagai Grand Master Ruqyah),www.almanar.co.id, Jakarta:2010

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.